Rabu, 23 Januari 2008

Buat Nanda

Nak, aku tak bisa tidur. Teringat akan diskusiku dengan seorang Ummahat tempo hari. Aku bertanya, ”Bagaimana sih sebetulnya cara membuat blue print untuk pengasuhan anak itu? Apakah perlu dibuatkan semacam ’manhaj’ tumbuh kembangnya selama beberapa tahun ke depan?”. Hmm, serius ya! Ya iyalah, kalo untuk mengelola organisasi, perusahaan, bahkan halaqoh saja, aku rela membuatkan proker yang mendetail hingga target pekanan. Kenapa untukmu tidak?

Lalu Ummahat itu menjawab, ”Ya, itu langkah yang cerdas. Akan tetapi, yang jauh lebih penting dari itu semua adalah ’keteladanan’. Serapi apapun blue print yang kita buat, kalo kita sendiri tidak terlebih dulu mencontohkan akhlak yang karimah, ya percuma aja. Sebaliknya kalo kita sudah bisa menjadi teladan, semua akan jauh lebih mudah, karena tinggal menjadikan mereka duplikasi kita aja”.
”Hmm”, aku manggut-manggut, terinspirasi betul oleh kata-katanya.
”Dan”, Ummahat itu melanjutkan. ”Keteladanan itu harus dimulai bahkan sejak kita masih single, jangan menunggu sampai mengandung apalagi sampai mereka besar”.

Ummahat itu benar, sebanyak apapun buku-buku positive parenting yang kupelajari, semua itu akan muspro kalo aku sendiri belum bisa jadi teladan yang baik bagimu. Mulai saat itu, aku berjanji akan selalu memperbaiki diri, serta lebih berhati-hati dengan setiap ucapan dan perbuatanku.

Nak, aku hanya ingin kau tahu. Bahwa aku mencintaimu, bahkan sejak saat engkau belum dilahirkan. Semua akan kulakukan, asal kau bisa tumbuh menjadi hamba yang tulus dan dicintai-Nya. Kelak, jadilah anak yang sholih dan berbakti.
Soerabaia, 170108 pk.02.58

(Hani Fatma Yuniar)

Tidak ada komentar: